Paslon Gubernur Provinsi Benģkulu Periode 2024 – 2029 Nomor Urut 1, Helmi – Mian. (Dian/MataDian.Com).
MataDian.Com – Debat pamungkas calon gubernur dan wakil gubernur Bengkulu, Kamis malam (21/11/2024), menjadi sorotan besar.
Tema debat yang diangkat adalah Pembangunan Infrastruktur Sosial, Budaya, dan Ekologi.
Pasangan calon Rohidin Mersyah-Meriani tampil lebih fokus dan jelas, membahas program yang telah dilaksanakan dengan hasil yang nyata.
Sementara itu, Helmi Hasan-Mian terlihat melenceng dari topik utama.
Di tengah pembahasan infrastruktur dan kebijakan sosial yang mendesak, Helmi kembali menggulirkan janji lama: reward umroh untuk siswa berprestasi.
Meski terdengar menggiurkan, janji tersebut lebih mirip janji manis tanpa dasar yang jelas. Rohidin, dengan tegas, menanggapi hal ini.
“Hampir sembilan tahun saya jadi gubernur Bengkulu, Helmi Hasan tak pernah sekalipun hadir di Festival Tabut Bengkulu,” ujar Rohidin, menyindir.
Pernyataan ini menggambarkan ketidakhadiran Helmi dalam acara penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari seorang calon pemimpin.
Tidak hanya itu, Rohidin juga menyoroti janji pemberian reward umroh untuk anggota Paskibra.
Helmi berjanji akan memberi hadiah tersebut, yang katanya disesuaikan dengan agama masing-masing anggota. Janji ini justru mengundang kebingungan.
Apa niat sebenarnya? Apakah janji ini akan dilaksanakan dengan serius atau sekadar trik politik belaka?
Hadiah wisata religi umroh untuk anggota Paskibra yang beragama non-Muslim jelas menunjukkan ketidakkonsistenan dan ketidakjelasan program.
Jika tujuan utamanya adalah penghargaan untuk siswa berprestasi, mengapa justru menimbulkan pertanyaan tentang pelaksanaan dan makna hadiah tersebut?
Hal ini memperjelas perbedaan karakter antara kedua pasangan calon. Rohidin lebih menekankan solusi konkret dan terukur. Sementara Helmi, terjebak dalam janji-janji yang tidak realistis, mengabaikan masalah-masalah mendasar yang perlu diselesaikan untuk kemajuan Bengkulu.
Janji-janji manis ini hanya akan menjadi wacana tanpa dampak nyata, apalagi jika tidak disertai langkah-langkah yang jelas dan terukur.
Bengkulu butuh calon pemimpin yang tidak hanya berbicara, tetapi juga memiliki rekam jejak yang dapat dipertanggungjawabkan. (*)