Kegiatan Rapat Koordinasi Nasional Dan Rapat Koordinasi Daerah TPID dan TP2DD Provinsi Bengkulu 2025, Antara Bank Indonesia Perwakilan Benģkulu Dengan Pemerintah. Jumat, (29/08/2025). (Dian/MataDian.Com).
MataDian.Com – Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu bersama Pemerintah Provinsi melaksanakan “Rapat Koordinasi Nasional Dan Rapat Koordinasi Daerah TPID dan TP2DD Provinsi Bengkulu 2025”.
Kegiatan bertemakan “Percepatan Transformasi Ekonomi melalui Peningkatan Produktivitas Pertanian Untuk Ketahanan Pangan dan Stabilitas Harga Serta Penguatan Digitalisasi Keuangan Daerah”.
Pengendalian lonjakan harga atau inflasi di tiap Daerah tidak terlepas dari peran utama Bank Indonesia. Itu dikarenakan, menjaga stabilisasi inflasi tidak lain untuk kepentingan utama bagi rakyat. Di samping itu, sistem pembayaran didesain dan diimplementasikan juga untuk kepentingan rakyat.
Dorongan terhadap investasi untuk pertumbuhan ekonomi di tengah masyarakat tidak lain juga untuk kepentingan rakyat. Sehingga dengan demikian, antara Bank Indonesia dengan pihak Pemerintah dapat menciptakan kolaborasi agar terciptanya kesamaan frekwensi demi kepentingan rakyat.
Dengan kesamaan frekwensi tersebut, dapat menciptakan dedikasi yang sama, dan menjadi langkah antara Bank Indonesia bersama Pemerintah, khusunya di Pemerintahan Provinsi Bengkulu menjadikan inflasi sebagai garda terdepan untuk mengentaskan angka kemiskinan.
“Jadi, saya fikir kita menjadi frekwensi yang sama bagaimana langkah kita untuk didedikasikan sebesar besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Bagaimana inflasi menjadi garda terdepan mengatasi angka kemiskinan dalam mempertahankan daya beli”, sampai Wahyu Yuwana Hidayat dalam pemaparannya pada acara rakor tersebut, dan dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Bengkulu, Ir. Mian. Berlangsung di Hotel Grage Horizon. Jumat, (29/08/2025) siang.
Selain itu, Wahyu juga meminta agar masyarakat tidak memaknai inflasi hanya sebatas untuk pengendalian kenaikan harga, namun dapat dipahami sebagai pendorong dalam pertumbuhan ekonomi. menurut Wahyu Yuwana, itu dikarenakan agar supaya masyarakat dapat mengatasi komoditas pangan apabila terjadinya devisit dalam jumlah besar atau seratus persen.
“Ketika kita dihadapkan komoditas pangan yang devisit, kita tidak bisa menyediakan seratus persen, maka solusi yang dilakukan adalah peningkatan produksi”, demikian Wahyu.
Wahyu Yuwana Hidayat menambahkan, Provinsi Bengkulu mendapatkan prestasi yang sangat baik mengatasi inflasi. Hal itu dikarenakan mampu melakukan pencapaian inflasi yang relatif rendah di seluruh Indonesia.
“Jadi, saya fikir ini merupakan prestasi yang sangat baik. Kita punya modal di akhir Desember. Untuk kemudian, inflasi kita berada dalam kisaran 2,5 persen. Ples Mines 1 persen. Untuk Muko-Muko dan Kota Benģkulu menunjukan performance dalam menjaga inflasi yang sangat baik”, demikian Wahyu.







