Supriadi, Pengusaha Kopi Lestari saat diwawancarai rekan media. Senin, 19 Februari 2024. (f/t: MataDian.Com)
MataDian.Com – Memang kehidupan manusia sudah diatur atau ditentukan oleh Nya. Namun manusia tetap diperlukannya usaha agar kehidupan itu dapat berubah. Baik perubahan dalam bentuk pekerjaan atau pendapatan.
Kunjungan BI bersama rekan media, di rumah Supriadi
Pak Supriadi merupakan salah satu contoh diatas. Pada awalnya beliau tidak mempunyai pekerjaan sama sekali. ‘tapi tetap berusaha’. Rupanya dalam usahanya itu, Tuhan berkehendak lain dengan kehidupannya.
Diceritakannya, pada tahun 2012, ia tidak punya pekerjaan sama sekali, tapi berkeinginan memiliki usaha berkebun, dengan harapan sepulang dari kebun dapat melakukan pekerjaan yang pasti. Dapat melakukan pekerjaan tersendiri, seperti membuat atau mengolah keripik, kerupuk, dan lainnya. ‘Tapi kesemuanya itu tidak ada yang berjalan’.
“Jadi, di tahun 2012 di bulan 3, itu saya belajar membuat atau menggoreng Kopi”, terang Pak Supriadi
Sejak tahun itulah, seiring berjalannya waktu, usaha menggoreng atau membuat Kopi yang dilakoni pak Supriadi berkembang hingga kini, dan usaha Kopinya itu di beri nama ‘Lestari Coffee’.
Lanjut Pak Supriadi dalam ceritanya, sejak 3 bulan pertama, ia memasarkan kopi dengan cara berkeliling desa. Dari bulan pertama hanya laku Rp. 14.000. dengan rute dan jarak penjualan, mulai dari Bengkok (nama desa,red), sampai ke Sindang. ‘Tidak ada yang mau beli’. 3 bulan selanjutnya, dalam penjualan kopi, Pak Supriadi hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 45.000, dengan jumlah penjualan Kopi sebanyak 10 kilo gram.
“Katanya warung-warung (orang atau warga,red), di sini tempatnya kopi, kok mau jual kopi. Jadi saya sempat putus asa”, ungkapnya.
Ibarat Pepatah, ‘Untung Tak Dapat Diraih, Malang Tak Dapat Ditolak’. Di tahun 2016, dengan tidak sengaja, Supriadi bertemu dengan konsultan Bank Indonesia yaitu Pak Antoni.
Lanjut Supriadi, ia menceritakan sejak pertemuan dengan Pak Antoni selaku konsultan Bank Indonesia itu, jalan untuk pengembangan usaha Kopinya semakin terbuka. “Sambil minum susu di simpang Bukit, beliau bercerita banyak dengan Pak Antoni tentang kopi”, kata Supriadi.
Hingga di tahun 2017, semenjak pertemuan dengan pak Antoni selaku konsultan Bank Indonesia, serta mendapatkan binaan dan bantuan peralatan berupa mesin pemecah kulit kopi basah (Pulper) dan pemecah kulit kopi kering (Huller), dari BI, usaha kopi yang dilakoni oleh pak Supriadi semakin maju dan berkembang, sampai mendapatkan kesempatan mengikuti Study Banding ke Kota Jember Provinsi Jawa Timur. Sehingga, Pak Supriadi mampu menyekolahkan anaknya ke Pondok Pesantren.
“Mungkin usaha saya ini dapat berkembang, berkat doa Pak Kyai dari Pesantren”, demikian cerita Supriadi. (Dian)