Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Alaku

Rossi Lebih dari Sekedar Legenda Moto GP

Oleh Medio Yulistio

Moto GP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo kemarin, Minggu (14/11) menjadi race terakhir sebagai pembalap profesional. Dimana akhir balapan yang digelar tersebut, sukacita dan riuh para penggemar bersama pembalap lainnya larut menyatu dalam melepas kepergian sang maestro di kelas premier.

Dengan panggilan ikonik The Doctor di lintasan, Vale telah menggenggam 9 kali gelar juara dunia di seluruh kelas sepanjang karirnya. Tentu ini angka pencapaian fantastis bagi seorang pembalap.

Membaca perjalanan karir sang legenda tersebut selama kurang lebih 25 tahun, Valentino Rossi lebih dari sekedar pembalap Moto GP yang telah menorehkan kesuksesan dipuncak karirnya. Dia lebih besar dari balapan Moto GP itu sendiri. Bahkan Dorna sang promotor Moto GP pernah menyampaikan; “seri balapan tanpa Vale ibarat sayur tanpa garam.”

Di luar lintasan jejak karir pribadinya, Rosi pun telah menorehkan banyak sejarah yang juga patut dibanggakan oleh para penggemar. Pasca kematian Marco Simoncelli di Sirkuit Sepang, Malaysia, sang legenda mendirikan VR 46 Riders Academy di tahun 2013.

Dimana sarana pelatihan tersebut telah berhasil melahirkan pembalap-pembalap muda Italia berprestasi dan kompetitif di kasta tertinggi Moto GP, sebutlah Francesco Bagnaia dan Franco Morbidelli. Selain itu, Valentino Rossi membentuk tim balap Sky Racing Team VR46 yang memulai debutnya di kelas Moto 3 pada tahun 2014, kemudian masuk Moto 2 ada tahun 2017.

Dengan apa yang dilakukannya, Rossi mengajarkan kita untuk dapat berbuat setiap hal sebagai bentuk kontribusi kemanusiaan yang mampu merajut sekat-sekat nasionalisme, ia membagi kecintaannya pada balap motor dengan “menciptakan” predator muda yang dihitung dalam kancah balap paling populer di dunia-mewujudkan mimpi para talenta anak-anak muda di negeri Pizza; Italia dan Moto GP adalah kepingan hati dari kehidupannya.

Pada balapan ke depan, kita tidak akan lagi menyaksikan seorang pembalap rendah hati dengan senyuman khasnya memacu motor di lintasan balap. Seseorang yang memacu adrenalin di sudut tikungan demi sebuah kegembiraan.

Karena pada akhirnya setiap manusia harus menyerah pada umur ketuaannya dan revolusi perkembangan tekhnologi elektronik pada mesin pacu kuda besi yang berkompetisi ikut merubah teknik dan cara membalap banyak orang telah “memaksa” jadi keputusan mundur agar Vale tercatat sebagai sejarah dari gelaran besar balap roda dua yang akan dirindukan oleh jutaan penggemar dari seluruh belahan dunia.

Vale tidak pernah menyerah, hanya saja ia membutuhkan ruang untuk menggapai hal besar lainnya di tempat dan waktu yang berbeda.

Selamat Jalan Vale, Gracias!

Medio Yulistio
Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Alaku